Sunday 27 May 2018

KLIPING BENCANA ALAM 15 LEMBAR - TUGAS ANAK SEKOLAH


Puluhan Rumah di Jembrana Terendam Banjir
Adhitya Himawan
Rabu, 11 April 2018 | 05:25 WIB

Salah satu rumah di Jembrana, Bali. [Suara.com/Sukis Wanti]
Hujan mengguyur wilayah tersebut dari sekira pukul 14.35 Wita hingga 18.00 Wita.
Suara.com - Intensitas hujan yang tinggi membuat wilayah Jembrana diterjang banjirakibat sungai Ijo Gading meluap. Ada puluhan rumah warga di Desa Kaliakah, Negara, Jembrana, Bali, direndam banjir pada Selasa (10/4/2018).
Hujan mengguyur wilayah tersebut dari sekira pukul 14.35 Wita hingga 18.00 Wita.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jembrana, I Ketut Eko Susilo Permana mengatakan, banjir didaerah tersebut mulai pukul 16.15 Wita.

“Banjirnya tadi awalnya cukup lumayan tinggi ada satu meter kemudian menyusut sekitar 50 centimeter,”jelasnya .

Dia menegaskan , di Desa Kaliakah, air masih menggenangi pekarangan warga diawal setinggi 1 meter. Namun sekarang sudah mulai surut sampai 50 cm. Sementara yang di Desa Pendem sudah bersih dan tidak ada banjir lagi.
“Jadi ada dua daerah yang terkena banjir. Yang desa Kaliakah ada 17 rumah yang terendam. Dan di desa satunya ada 6 rumah,”jelasnya.
Dia menyataka, bahwa banjir tersebut akibat dari intensitas hujan yang tinggi secara merata dan meluapnya aliran sungai.
“Air sungai meluap. Akibat dari pendangkalan sungai tersebut. Dia tidak bisa menampung air hujan,"paparnya.
Imbuhnya, warga saat ini rata-rata masih bertahan dirumah mereka. "Kami tadi juga sudah memberikan bantuan kepada warga, "tutupnya. (Sukis Wanti)



Gempa Bumi Skala 5,1 SR Guncang Pesisir Lampung
Adhitya Himawan
Senin, 09 April 2018 | 08:21 WIB

Ilustrasi gempa bumi. (Shutterstock)
Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Suara.com - Gempa berkekuatan 5.1 pada Skala Richter, yang berpusat di perairan barat daya Pulau Sumatera, mengguncang daerah pesisir Lampung pada Minggu malam pukul 23.04 WIB. Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Gempa berkedalaman 10 km di sekitar 142 km dari pesisir barat Lampung itu dinyatakan tidak berpotensi menimbulkan bencana tsunami, kata BMKG.
Hingga kini belum diketahui dampak guncangan maupun jenis gempa yang terjadi.
Sebelumnya Kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat mengakui frekuensi terjadinya gempa bumi di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Kepala Badan Litbang PUPR Danis H. Sumadilaga menjelaskan bahwa titik rawan gempa di Indonesia selama 7 tahun terakhir terus meningkat, dari dulu hanya 81 titik rawan menjadi 295 titik rawan sampai tahun lalu. Dengan demikian, risiko terjadinya gempa bumi semakin besar.
Danis menjelaskan lebih dari 100 titik gempa teridentifikasi berada di wilayah Indonesia timur. Selain itu, titik rawan gempa juga terdapat di Jawa bagian utara, Sumatra, dan Sulawesi.
Sepanjang tahun 2017, dia mengatakan setidaknya terjadi 8.693 gempa. Adapun, gempa tersebut diklasifikasikan mulai dari gempa skala kecil, menengah hingga besar. (Antara)







Hujan Deras, Jember Dikepung Longsor dan Banjir
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 24 Januari 2018 | 09:13 WIB

Ilustrasi longsor (Shuttestock).
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Jember menyebabkan sejumlah kawasan longsor dan air sungai meluap hingga menyebabkan banjir

Suara.com - Kabupaten Jember, Jawa Timur, dilanda bencana tanah longsor dan Banjir, Selasa malam sampai Rabu (24/1/2018) dinihari. Longsor terjadi di lima titik dan banjir di 10 titik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember Widi Prasetyo  mengatakan hujan deras yang mengguyur Kabupaten Jember menyebabkan sejumlah kawasan longsor dan air sungai meluap hingga menyebabkan banjir yang menerjang beberapa kecamatan di Jember.
Sedikitnya ada lima titik bencana longsor yakni RT 07/RW 01 Dusun Krajan-Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, RT 01/RW06 Dusun/Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, RT 02/RW 06 Dusun/Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, Jalan Pattimura Dusun Krajan di Desa/Kecamatan Kalisat, dan kawasan Gunung Gumitir di Desa Garahan-Kecamatan Silo.
"Tidak ada korban jiwa dalam bencana tanah longsor tersebut, namun sejumlah rumah warga terdampak longsor dan akses jalan desa dan jalur perbatasan Kabupaten Jember-Banyuwangi tertimbun longsor, sehingga petugas terus melakukan pembersihan untuk membuka-tutup akses jalan yang tertimbun longsor itu," tutur Widi Prasetyo  di Jember, Rabu pagi.
Selain longsor, banjir juga melanda beberapa kawasan seperti Perum Griya Ajung Mulia di Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, Dusun/Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, Dusun Prasian-Desa Glagahwero-Kecamatan Kalisat, Dusun Krajan-Desa Lembengan-Kecamatan Ledokombo, Dusun Darungan-Desa Lembengan-Kecamatan Ledokombo.
"Banjir juga menerjang Desa Krajan-Desa Tegalrejo-Kecamatan Mayang, Dusun Krajan-Desa Tempurejo-Kecamatan Tempurejo, Dusun Bringin Sari-Desa Jatimulyo-Kecamatan Jenggawah, Dusun Darusalam-Desa Jatimulyo-Kecamatan Jenggawah, dan Desa Sumberagung-Kecamatan Sumberbaru," katanya.
Widi menjelaskan banjir dan tanah longsor melanda sejumlah kecamatan yakni Kecamatan Kalisat, Silo, Ledokombo, Mayang, Jenggawah, Tempurejo, dan Sumberbaru karena intensitas curah hujan yang cukup tinggi di Kabupaten Jember.
"Tidak ada korban jiwa dalam kejadian banjir dan tanah longsor yang menerjang tujuh kecamatan di Kabupaten Jember pada Selasa (23/1/2018) malam," katanya.
Sementara Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Heru Widagdo mengatakan upaya pembersihan sejumlah akses jalan yang tertimbun longsor sudah dilakukan pada Selasa (23/1) malam dengan cara manual, namun hasilnya belum maksimal.
"Untuk longsor di Kecamatan Kalisat berdampak pada rumah warga milik Nur Jumilah (63), Totok (60) dan Aries Vidi (35) yang mengalami kerusakan berat, satu rumah milik Rian (35) mengalami kerusakan ringan, dan akses jalan Patimura terputus total akibat tertimbun material longsor, serta akses jalan Gumitir tertutup longsor mengakibatkan kemacetan yang cukup panjang," ujarnya.
Sedangkan banjir menyebabkan puluhan rumah warga di beberapa kecamatan terendam, sejumah rumah warga rusak, pondasi masjid jebol, dan plengsengan ambrol.
"Kami mengungsikan warga yang terdampak ancaman tanah longsor dan korban yang rumahnya tertimpa longsor ke tempat sanak saudaranya yang aman," katanya.
Kendala yang dihadapi BPBD Jember saat melakukan penanganan terhadap bencana banjir dan tanah longsor yakni hujan deras yang masih mengguyur kawasan setempat dan banyaknya kejadian bencana dalam waktu bersamaan membuat proses penanganan terlambat karena keterbatasan personel dan armada. (Antara)















Banjir Bandang di Situbondo Tewaskan Seorang Warga
Adhitya Himawan
Senin, 08 Januari 2018 | 06:25 WIB

Banjir bandang terjadi di dua wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Suara.com - Banjir bandang yang terjadi di dua wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mengakibatkan seorang warga tewas dan juga menyebabkan jembatan penghubung antardesa setempat terputus.
"Selain bencana banjir bandang pada Minggu (7/1/2018) sore kemarin terjadi di Sungai Samir, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, banjir bandang juga terjadi di wilayah barat yakni di Desa Kalirejo, Kecamatan Sumbermalang," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Situbondo, Gatot Trikorawan di Situbondo, Senin pagi (8/1/2018).
Banjir bandang yang terjadi Kecamatan Sumbermalang, lanjut dia, mengakibatkan Yakub alias Pak Mariyam (40) warga Desa Tamankursi tewas terseret banjir. Korban ditemukan warga dalam kondisi mengenaskan tersnagkut di bebatuan sungai.
Sebelum terjadi banjir bandang, katanya, korban bersama istrinya sedang memperbaiki pematang sawah miliknya yang tak jauh dari rumahnya dan berdekatan dengan sungai.
"Ketika itu istri korban pulang ke rumah terlebih dahulu karena hujan lebat, namun setelah satu jam kemudian karena korban tidak kunjung pulang lalu dilakukan pencarian dan di temukan sudah meninggal dunia di sungai yang diduga kuat terseret banjir bandang," katanya.
Gatot menjelaskan, banjir bandang di kawasan Gunung Argopuro itu tidak hanya mengakibatkan seorang petani tewas, namun Jembatan Gelindung, Desa Kalirejo yang menghubungkan dengan Desa Sumberargo terputus akibat diterjang banjir bandang.
Selain itu, menurut dia, tebing sungai di Desa Kalirejo itu juga tergerus dan membahayakan sebanyak delapan rumah warga (8 KK) dan 16 jiwa di bantaran sungai itu.
"Jarak rumah warga dari tebing sungai yang longsor hanya satu meter, sehingga warga diminta tetap waspada," ujarnya. (Antara)




Bayi Lima Bulan Tewas Akibat Pohon Tumbang
Alex Rajes    •    Selasa, 20 Mar 2018 15:16 WIB

Rumah korban tewas akibat puting beliung di Sumbar. (medcom/Alex R)
Padang: Malang menimpa Azka, 5 bulan. Dia menjadi korban setelah rumahnya tertimpa pohon tumbang. Azka menderita luka sobek di kedua paha.

Pagi tadi, hujan lebat dan angin kencang memang menerjang Kampung Caniago Tangah, Jorong Balai Badak, Nagari Batu Kambing, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Bencana menumbangkan sejumlah pohon berukuran besar, salah satunya menimpa rumah Jonaidi dan Asmawati, orang tua Azka.
"Azka mengembuskan napas terakhir saat diberikan perawatan di RSUD Lubung Basung," kata
Kabid Penanggulangan Bencana Agam, Yunaidi, Selasa, 20 Maret 2018.

Selain Azka, bencana juga melukai Jonaidi, Asmawati, dan saudara Azka, Yola Fanesa. Mereka kini dirawat di rumah sakit. "Jonaidi dan Yola berkemungkinan besar sudah bisa dipulangkan ke rumah."

Sementara itu, di Kota Padang, angin puting beliung yang terjadi pada Selasa dini hari mengakibatkan puluhan atap rumah terlepas, pohon tumbang, dan kabel arus listrik putus.

Salah satu warga, Ulakarang, Kecamatan Padang Utara, Syaiful, mengungkapkan sempat mendengar suara gemuruh angin.

“Hujan beserta angin kencang sekitar 15 menit saja, namun mengakibatkan atap rumah warga berterbangan, pohon-pohon tumbang," ujar Syaiful.

Kepanikan masyarakat makin menjadi, kata Syaiful, setelah arus listrik mati setelah kabel terputus akibat pohon tumbang.


(LDS)


Empat Bencana Rawan Terjadi di Jepara
Rhobi Shani    •    Kamis, 08 Feb 2018 19:32 WIB

Kepala Pelaksana BPBD Jepara Arwin Nor Isdiyanto, Medcom.id - Rhobi Shani
Jepara: Potensi bencana di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tinggi. Guna menanggulangi itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menguatkan jaringan relawan. Jumlan relawan saat ini di Kota Ukir lebih dari 300 orang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara Arwin Nor Isdiyanto menyampaikan, potensi bencana yang terjadi di Bumi Kartini yaitu tanah longsor, banjir, angin kencang, dan gelombang tinggi.
“Kerawanan itu sekarang sudah terbukti. Banjir dan longsor terjadi di beberapa desa. Hujan beberapa jam saja terjadi banjir bandang,” kata Arwin, Kamis 8 Februari 2018.

Selain mengandalkan relawan, Arwin melanjutkan, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta. Jika sewaktu-waktu terjadi bencana, masing-masing langsung bergerak.

“Misalnya suplai logistik kami sudah ada kerjasama dengan Dinsospermades dan Kantor Ketahanan Pangan Provinsi. Begitu terjadi bencana langsung bergerak,” kata Arwin.

Hujan terjadi di Jepara dalam tiga hari terakhir. Banjir pun melanda Desa Sumber Rejo, Bondo, Batukali, Kuanyar, Karanganyar, Welahan, Paren, Dorang, dan Mayong. Sedangkan tanah longsor terjadi di Desa Damarwulan, Watuaji, Bategede, Serni, dan Pancur.








Longsor di Sibolga, Seorang Ibu beserta Anaknya Tewas
Farida Noris    •    Selasa, 27 Mar 2018 10:34 WIB

Ilustrasi longsor, Medcom.id - M Rizal
Sibolga: Longsor dan banjir terjadi di Sibolga, Sumatera Utara, Senin, 26 Maret 2018. Tiga orang tewas dalam kejadian tersebut.

Ketua BPBD Sibolga Juang Daulay mengatakan bencana terjadi usai hujan deras. Longsor merusak tiga rumah di Kelurahan Aek Manis, Kecamatan Sibolga Selatan. Seorang ibu hamil bersama anaknya meninggal tertimbun material longsor.
"Korban longsor ibu hamil bernama Linda. Anak yang digendongnya juga meninggal. Sudah disemayamkan di rumah keluarganya," kata Juang Daulay, Selasa, 27 Maret 2018.

Hujan deras terjadi hingga tengah malam. Ratusan rumah di Kelurahan Aek Muara Pinang, Kecamatan Sibolga Selatan, banjir.

"Ada anak yang lepas dari orang tuanya terbawa arus. Sekitar pukul 21.30 wib ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa," jelas Juang Daulay.

Sementara itu, ratusan warga mengungsi. Sebab hingga berita ini dimuat, banjir masih mencapai ketinggian kurang lebih semeter. "Saat ini banjir masih tinggi, apalagi Sungai Saruli meluap," ucapnya.



(RRN)







Iklim Ekstrim di Peralihan Musim, Komisi VIII Minta BPBD Cepat Merespon Bencana di Daerah
03 Apr 2018, 11:38 WIB

Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) cepat merespon terjadinya bencana di daerah-daerah.
Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) cepat merespon terjadinya bencana di daerah-daerah, terutama aspek sosial yakni sandang, pangan dan kesehatan supaya cepat tersedia di lokasi bencana.
Demikian ditegaskan Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong di sela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan beberapa Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (02/4/2018). Hadir dalam acara ini sepuluh Kepala BPBD diantaranya dari Sumut, Sumsel, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, NTB dan Papua.
Ali Taher mengatakan, Komisi VIII sengaja mengundang Kepala BPBD sebab dalam peralihan iklim selama ini banyak terjadi banjir, longsor  dan gempa bumi yang belum teratasi.
“Karena itu Komisi VIII DPR perlu mengundang langsung  aparat penanggulangan bencana daerah untuk mencari solusi terbaik sekaligus penanganannnya,” jelasnya.
Dari data yang disajikan, lanjut politisi PAN ini, dalam mengantisipasi bencana gempa kita belum mempunyai standar maksimal, misalnya tidak mempunyai alat deteksi dini secara maksimal sehingga terjadi gelombang kemudian berdampak pada tsunami. Kemudian bencana gempa bumi sebetulnya ada tanda-tanda awal sehingga bisa melakukan pencegahan. Alat-alat seperti ini kita belum memilikinya.
“Mudah-mudahan dengan pertemuan ini bisa mengadakan alat-alat tersebut dan dalam implementasinya bisa diupayakan tepat waktu tidak terkendala birokrasi yang panjang,” tambahnya.
Lebih lanjut Ali Taher menyebutkan, beberapa bencana di daerah tidak ada ketersediaan logisltik di lapangan, misalnya banjir di Sumsel sampai sekarang belum ada bantuan maskismal. Karena itu perlu ada kepekaan dari daerah, BNPB di pusat dan DPR khususnya dukungan Komisi VIII untuk mensuplai kebutuhan di daerah.
Daerah seperti di Sumbar, NTB dan  Sumut masih bermasalah, oleh karena itu Komisi VIII menekankan agar tingkat responsbilitas dan sensititifitas BPBD terhadap kedaruratan menjadi penting disamping rehab dan rekon. Sedangkan bentuknya dengan mengintervensi program lewat Dana Alokasi Khusus (DAK) supaya bisa cepat selesai.
Selain itu juga kata Ali Taher, di beberapa tempat dibangun Gudang Logistik seperti  di Sumsel, Sumut, Maluku bahkan ditargetkan ada 8 tempat Gudang logistik di seluruh Indonesia. Begitu terjadi bencana maka akan cepat didistribusikan ke daerah yang terkena bencana, bisa cepat sampai ke lokasi.
Apalagi lanjutnya, dana operasional  kegiatan BNPB tersedia Rp 1,1 triliun dan dana siap pakai (DSP) lebih Rp 4 triliun. Dana ini sebenarnya jauh lebih dari cukup, hanya jenis barang dan jasa memerlukan proses untuk mendistribusikan kepada para korban di lapangan.




















Ngeri-Ngeri Sedap Warga Tulungagung Tinggal di Rumah Rawan Ambles
25 Feb 2018, 19:00 WIB

Tanah ambles mengancam rumah warga di RT 4 RW 2 Desa Tugu, Tulungagung, Jawa Timur (Liputan6.com/Zainul Arifin)
Liputan6.com, Tulungagung - Sebanyak delapan rumah warga di RT 4 RW 2 Desa Tugu, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa Timur, terancam ambruk lantaran dinding dan lantai rumah retak. Penyebabnya, rumah terdampak bencana tanah ambles sedalam antara 20 centimeter – 1 meter.
Seorang warga, Slamet Setiawan mengatakan bencana tanah ambles kali terjadi sejak 2015 silam yang saat itu belum berdampak langsung pada rumah warga.
"Sejak tahun itu saat musim hujan tanah pasti ambles. Tahun ini termasuk yang paling parah karena sampai ada rumah yang retak," kata Slamet di Tulungagung, Sabtu (24/2/2018).
Menurutnya, keretakan rumah warga dampak bencana tanah ambles itu terjadi awal Februari ini. Dapur rumah adik Slamet pun turut ambles sebagian. Warga sudah menguruk lokasi yang ambles menggunakan karung berisi tanah untuk memperlambat kerusakan rumah.
"Tapi sepertinya tak berpengaruh, karena sudah berkali-kali diuruk tanah tetap saja ambles," ujar Slamet.
Mayoritas warga yang bermukim di lokasi rawan tersebut adalah wanita paruh baya yang tinggal sendiri di rumah. Warga selalu resah jika hujan lebat mengguyur terutama saat malam hari. Banyak yang memilih mengungsi sementara ke rumah kerabat yang lebih aman.
Berharap Direlokasi

Tanah ambles menyedot sumur warga di Gunungkidul. (Liputan6.com/Yanuar H)
Suprih, nenek berusia 67 tahun memilih mengungsi jika hujan mengguyur lantaran takut tanah amblesmembuat rumahnya roboh. Apalagi dinding dan lantai rumahnya pun retak.
"Bekas kandang di halaman sudah roboh karena tanahnya ambles. Saya berharap pemerintah segera menangani masalah ini," kata Suprih.
Warga sudah melaporkan bencana ini ke pemerintah daerah melalui pemerintah desa setempat. Namun, sejak musibah terjadi kali pertama tiga tahun silam hingga saat ini belum ada langkah kongkret untuk mengatasi persoalan itu. Warga sendiri direlokasi ke lokasi yang lebih aman.
"Kalau memang mau dipindah ya mau, tapi lokasinya yang dekat sini saja,"
Di bawah permukiman warga itu sendiri terdapat aliran sungai. Diduga, itu menjadi penyebab terjadinya tanah ambles. Air yang mengalir deras usai hujan deras mengguyur menggerus tebing sungai dan menyebabkan tanah di sekitarnya bergerak.











Banjir di Bandung mulai surut, lumpur menumpuk
Banjir besar yang melumpuhkan kota Bandung menyisakan tumpukan lumpur di seantero kota, ribuan rumah harus dibersihkan dalam kejadian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
"Sekarang sudah mulai normal keadaannya, kendaraan sudah bisa lagi melintas di daerah yang kemarin paling parah banjirnya seperti Pasteur dan Pagarsih. Tapi lumpur memang masih menumpuk sampai 10-15 meter di beberapa titik," kata Haryadi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Jawa Barat kepada Ging Ginanjar dari BBC Indonesia.
Hujan deras dan lama yang turun sepanjang hari Senin (24/10), mengakibatkan banjir besar yang tak pernah terjadi sebelumnya.
"Ini akibat meluapnya sungai Citepus, dan bobolnya irigasi Citepus. Meluapnya sungai juga disebabkan oleh dangkalnya sungai dan banyaknya sampah yang menyumbat aliran sungai. Sementara drainase perkotaan tidak mampu menampung aliran permukaan dari hujan yang lebat menyebabkan banjir parah," kata Haryadi pula.
Ia menambahkan, ketinggian banjir bervariasi antara 50 hingga 200cm.

"Seorang warga meninggal dunia. Menurut informasiyang kami terima, ia terpeleset saat hendak menolong seseorang yang terperangkap banjir. Ia terbawa arus, namun jenazahnya sudah ditemukan, dan sudah pula diserahkan kepada pihak keluarganya," tambah Haryadi. Korban sudah diketemukan di depan SMPN 15 Bandung dan sudah diserahkan ke pihak keluarga.
Haryadi menyebutkan pula, sebuah mobil dan sebuah sepeda motor yang terseret arus sudah pula ditemukan.
Ratusan relawan tampak di berbagai penjuru, membantu para petugas dari berbagai instansi yang melakukan pembersihan kota khususnya dari lumpur.
Ini merupakan banjir besar yang keempat yang melanda Jawa Barat tahun ini, setelah Kabupaten Bandung yang merupakan kawasan rutin terdampak banjir, Subang, dan Garut.


Banjir dan longsor di Sangihe, empat orang tertimbun


Empat orang tertimbun dan sedikitnya 40 rumah rusak akibat banjir dan tanah longsor yang melanda empat kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, Selasa (21/06) pagi.
Badan nasional penanggulangan bencana, BNPB, mengatakan banjir dan tanah longsor itu terjadi akibat hujan deras, gelombang pasang dan struktur tanah yang labil di daerah perbukitan.
"Empat orang tertimbun material longsor," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam siaran persnya yang diterima BBC Indonesia, Selasa (21/06).

Selain itu, sedikitnya 40 unit rumah mengalami kerusakan akibat banjir dan longsor yang terjadi sekitar pukul 05.30 Waktu Indonesia Tengah (WITA), kata BNPB.
Delapan wilayah kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang diketahui terdampak adalah Kecamatan Tahuna Barat, Tahuna, Manganito, Tatowareng, Manganito Selatan, Kendahe, Tabukan Utara, serta Kecamatan Tamako.
Otoritas terkait di Sangihe yaitu BPBD, TNI, Polisi, tim SAR, dan relawan serta masyarakat masih terus melakukan pendataan terkait berapa korban luka-luka. Sebuah posko tanggap darurat sudah didirikan di setiap kecamatan yang terdampak.
Tetapi sekitar 200 orang warga di Kecamatan Tahuna Barat dilaporkan terisolisasi akibat tanah longsor.


No comments:

Post a Comment

Karya Ilmiah "CARA MEMBUAT MANISAN DARI BUAH CABAI"

BAB I PENDAHULUAN 1.1.       Latar Belakang Buah cabai banyak ditemukan dipasar dengan harga yang relative murah. Buah cabai merupa...