Puluhan Rumah di Jembrana Terendam
Banjir
Adhitya Himawan
Rabu, 11 April 2018 | 05:25 WIB
Salah satu rumah di Jembrana, Bali.
[Suara.com/Sukis Wanti]
Hujan mengguyur wilayah tersebut dari
sekira pukul 14.35 Wita hingga 18.00 Wita.
Suara.com - Intensitas hujan
yang tinggi membuat wilayah Jembrana diterjang banjirakibat sungai Ijo
Gading meluap. Ada puluhan rumah warga di Desa Kaliakah, Negara, Jembrana,
Bali, direndam banjir pada Selasa (10/4/2018).
Hujan mengguyur wilayah tersebut dari
sekira pukul 14.35 Wita hingga 18.00 Wita.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Jembrana, I Ketut Eko Susilo Permana mengatakan, banjir didaerah
tersebut mulai pukul 16.15 Wita.
“Banjirnya tadi awalnya cukup lumayan tinggi ada satu meter kemudian menyusut sekitar 50 centimeter,”jelasnya .
Dia menegaskan , di Desa Kaliakah, air masih menggenangi pekarangan warga diawal setinggi 1 meter. Namun sekarang sudah mulai surut sampai 50 cm. Sementara yang di Desa Pendem sudah bersih dan tidak ada banjir lagi.
“Banjirnya tadi awalnya cukup lumayan tinggi ada satu meter kemudian menyusut sekitar 50 centimeter,”jelasnya .
Dia menegaskan , di Desa Kaliakah, air masih menggenangi pekarangan warga diawal setinggi 1 meter. Namun sekarang sudah mulai surut sampai 50 cm. Sementara yang di Desa Pendem sudah bersih dan tidak ada banjir lagi.
“Jadi ada dua daerah yang terkena
banjir. Yang desa Kaliakah ada 17 rumah yang terendam. Dan di desa satunya ada
6 rumah,”jelasnya.
Dia menyataka, bahwa banjir tersebut
akibat dari intensitas hujan yang tinggi secara merata dan meluapnya aliran
sungai.
“Air sungai meluap. Akibat dari
pendangkalan sungai tersebut. Dia tidak bisa menampung air
hujan,"paparnya.
Imbuhnya, warga saat ini rata-rata
masih bertahan dirumah mereka. "Kami tadi juga sudah memberikan bantuan
kepada warga, "tutupnya. (Sukis Wanti)
Gempa Bumi Skala 5,1 SR Guncang Pesisir
Lampung
Adhitya Himawan
Senin, 09 April 2018 | 08:21 WIB
Ilustrasi gempa bumi. (Shutterstock)
Informasi ini disampaikan oleh Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Suara.com - Gempa berkekuatan
5.1 pada Skala Richter, yang berpusat di perairan barat daya Pulau Sumatera,
mengguncang daerah pesisir Lampung pada Minggu
malam pukul 23.04 WIB. Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Gempa berkedalaman 10 km di sekitar 142
km dari pesisir barat Lampung itu dinyatakan tidak berpotensi menimbulkan
bencana tsunami, kata BMKG.
Hingga kini belum diketahui dampak
guncangan maupun jenis gempa yang terjadi.
Sebelumnya Kementerian Pekerjaan umum
dan Perumahan Rakyat mengakui frekuensi terjadinya gempa bumi di Indonesia
semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Kepala Badan Litbang PUPR
Danis H. Sumadilaga menjelaskan bahwa titik rawan gempa di Indonesia selama 7
tahun terakhir terus meningkat, dari dulu hanya 81 titik rawan menjadi 295
titik rawan sampai tahun lalu. Dengan demikian, risiko terjadinya gempa bumi
semakin besar.
Danis menjelaskan lebih dari 100 titik
gempa teridentifikasi berada di wilayah Indonesia timur. Selain itu, titik
rawan gempa juga terdapat di Jawa bagian utara, Sumatra, dan Sulawesi.
Sepanjang tahun 2017, dia mengatakan
setidaknya terjadi 8.693 gempa. Adapun, gempa tersebut diklasifikasikan mulai
dari gempa skala kecil, menengah hingga besar. (Antara)
Hujan Deras, Jember Dikepung Longsor
dan Banjir
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 24 Januari 2018 | 09:13 WIB
Ilustrasi longsor (Shuttestock).
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten
Jember menyebabkan sejumlah kawasan longsor dan air sungai meluap hingga
menyebabkan banjir
Suara.com - Kabupaten Jember, Jawa Timur,
dilanda bencana tanah longsor dan Banjir, Selasa malam
sampai Rabu (24/1/2018) dinihari. Longsor terjadi di lima titik dan banjir di
10 titik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Jember Widi Prasetyo mengatakan hujan deras yang
mengguyur Kabupaten Jember menyebabkan sejumlah kawasan longsor dan air sungai
meluap hingga menyebabkan banjir yang menerjang beberapa kecamatan di Jember.
Sedikitnya ada lima titik bencana
longsor yakni RT 07/RW 01 Dusun Krajan-Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, RT 01/RW06
Dusun/Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, RT 02/RW 06 Dusun/Desa Ajung-Kecamatan
Kalisat, Jalan Pattimura Dusun Krajan di Desa/Kecamatan Kalisat, dan kawasan
Gunung Gumitir di Desa Garahan-Kecamatan Silo.
"Tidak ada korban jiwa dalam
bencana tanah longsor tersebut, namun sejumlah rumah warga terdampak longsor
dan akses jalan desa dan jalur perbatasan Kabupaten Jember-Banyuwangi tertimbun
longsor, sehingga petugas terus melakukan pembersihan untuk membuka-tutup akses
jalan yang tertimbun longsor itu," tutur Widi Prasetyo di Jember,
Rabu pagi.
Selain longsor, banjir juga melanda
beberapa kawasan seperti Perum Griya Ajung Mulia di Desa Ajung-Kecamatan
Kalisat, Dusun/Desa Ajung-Kecamatan Kalisat, Dusun Prasian-Desa
Glagahwero-Kecamatan Kalisat, Dusun Krajan-Desa Lembengan-Kecamatan Ledokombo,
Dusun Darungan-Desa Lembengan-Kecamatan Ledokombo.
"Banjir juga menerjang Desa
Krajan-Desa Tegalrejo-Kecamatan Mayang, Dusun Krajan-Desa Tempurejo-Kecamatan
Tempurejo, Dusun Bringin Sari-Desa Jatimulyo-Kecamatan Jenggawah, Dusun
Darusalam-Desa Jatimulyo-Kecamatan Jenggawah, dan Desa Sumberagung-Kecamatan
Sumberbaru," katanya.
Widi menjelaskan banjir dan tanah
longsor melanda sejumlah kecamatan yakni Kecamatan Kalisat, Silo, Ledokombo,
Mayang, Jenggawah, Tempurejo, dan Sumberbaru karena intensitas curah hujan yang
cukup tinggi di Kabupaten Jember.
"Tidak ada korban jiwa dalam
kejadian banjir dan tanah longsor yang menerjang tujuh kecamatan di Kabupaten
Jember pada Selasa (23/1/2018) malam," katanya.
Sementara Kepala Bidang Kedaruratan dan
Logistik BPBD Jember Heru Widagdo mengatakan upaya pembersihan sejumlah akses
jalan yang tertimbun longsor sudah dilakukan pada Selasa (23/1) malam dengan
cara manual, namun hasilnya belum maksimal.
"Untuk longsor di Kecamatan
Kalisat berdampak pada rumah warga milik Nur Jumilah (63), Totok (60) dan Aries
Vidi (35) yang mengalami kerusakan berat, satu rumah milik Rian (35) mengalami
kerusakan ringan, dan akses jalan Patimura terputus total akibat tertimbun
material longsor, serta akses jalan Gumitir tertutup longsor mengakibatkan
kemacetan yang cukup panjang," ujarnya.
Sedangkan banjir menyebabkan puluhan
rumah warga di beberapa kecamatan terendam, sejumah rumah warga rusak, pondasi
masjid jebol, dan plengsengan ambrol.
"Kami mengungsikan warga yang
terdampak ancaman tanah longsor dan korban yang rumahnya tertimpa longsor ke
tempat sanak saudaranya yang aman," katanya.
Kendala yang dihadapi BPBD Jember saat
melakukan penanganan terhadap bencana banjir dan tanah longsor yakni hujan
deras yang masih mengguyur kawasan setempat dan banyaknya kejadian bencana
dalam waktu bersamaan membuat proses penanganan terlambat karena keterbatasan
personel dan armada. (Antara)
Banjir Bandang di Situbondo Tewaskan
Seorang Warga
Adhitya Himawan
Senin, 08 Januari 2018 | 06:25 WIB
Banjir bandang terjadi di dua wilayah
Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Suara.com - Banjir bandang yang
terjadi di dua wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur,
mengakibatkan seorang warga tewas dan juga
menyebabkan jembatan penghubung antardesa setempat terputus.
"Selain bencana banjir bandang pada Minggu
(7/1/2018) sore kemarin terjadi di Sungai Samir, Desa Bantal, Kecamatan
Asembagus, banjir bandang juga terjadi di wilayah barat yakni di Desa Kalirejo,
Kecamatan Sumbermalang," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
BPBD Situbondo, Gatot Trikorawan di Situbondo, Senin pagi (8/1/2018).
Banjir bandang yang terjadi Kecamatan
Sumbermalang, lanjut dia, mengakibatkan Yakub alias Pak Mariyam (40) warga Desa
Tamankursi tewas terseret banjir. Korban ditemukan warga dalam kondisi
mengenaskan tersnagkut di bebatuan sungai.
Sebelum terjadi banjir bandang,
katanya, korban bersama istrinya sedang memperbaiki pematang sawah miliknya
yang tak jauh dari rumahnya dan berdekatan dengan sungai.
"Ketika itu istri korban pulang ke
rumah terlebih dahulu karena hujan lebat, namun setelah satu jam kemudian
karena korban tidak kunjung pulang lalu dilakukan pencarian dan di temukan
sudah meninggal dunia di sungai yang diduga kuat terseret banjir bandang,"
katanya.
Gatot menjelaskan, banjir bandang di
kawasan Gunung Argopuro itu tidak hanya mengakibatkan seorang petani tewas,
namun Jembatan Gelindung, Desa Kalirejo yang menghubungkan dengan Desa
Sumberargo terputus akibat diterjang banjir bandang.
Selain itu, menurut dia, tebing sungai
di Desa Kalirejo itu juga tergerus dan membahayakan sebanyak delapan rumah
warga (8 KK) dan 16 jiwa di bantaran sungai itu.
"Jarak rumah warga dari tebing
sungai yang longsor hanya satu meter, sehingga warga diminta tetap
waspada," ujarnya. (Antara)
Bayi Lima Bulan Tewas Akibat Pohon Tumbang
Alex Rajes •
Selasa, 20 Mar 2018 15:16 WIB
Rumah korban tewas akibat puting
beliung di Sumbar. (medcom/Alex R)
Padang: Malang
menimpa Azka, 5 bulan. Dia menjadi korban setelah rumahnya tertimpa pohon
tumbang. Azka menderita luka sobek di kedua paha.
Pagi tadi, hujan lebat dan angin kencang memang menerjang Kampung Caniago Tangah, Jorong Balai Badak, Nagari Batu Kambing, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Bencana menumbangkan sejumlah pohon berukuran besar, salah satunya menimpa rumah Jonaidi dan Asmawati, orang tua Azka.
Pagi tadi, hujan lebat dan angin kencang memang menerjang Kampung Caniago Tangah, Jorong Balai Badak, Nagari Batu Kambing, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Bencana menumbangkan sejumlah pohon berukuran besar, salah satunya menimpa rumah Jonaidi dan Asmawati, orang tua Azka.
"Azka mengembuskan napas terakhir
saat diberikan perawatan di RSUD Lubung Basung," kata
Kabid Penanggulangan Bencana Agam, Yunaidi, Selasa, 20 Maret 2018.
Selain Azka, bencana juga melukai Jonaidi, Asmawati, dan saudara Azka, Yola Fanesa. Mereka kini dirawat di rumah sakit. "Jonaidi dan Yola berkemungkinan besar sudah bisa dipulangkan ke rumah."
Sementara itu, di Kota Padang, angin puting beliung yang terjadi pada Selasa dini hari mengakibatkan puluhan atap rumah terlepas, pohon tumbang, dan kabel arus listrik putus.
Salah satu warga, Ulakarang, Kecamatan Padang Utara, Syaiful, mengungkapkan sempat mendengar suara gemuruh angin.
“Hujan beserta angin kencang sekitar 15 menit saja, namun mengakibatkan atap rumah warga berterbangan, pohon-pohon tumbang," ujar Syaiful.
Kepanikan masyarakat makin menjadi, kata Syaiful, setelah arus listrik mati setelah kabel terputus akibat pohon tumbang.
(LDS)
Kabid Penanggulangan Bencana Agam, Yunaidi, Selasa, 20 Maret 2018.
Selain Azka, bencana juga melukai Jonaidi, Asmawati, dan saudara Azka, Yola Fanesa. Mereka kini dirawat di rumah sakit. "Jonaidi dan Yola berkemungkinan besar sudah bisa dipulangkan ke rumah."
Sementara itu, di Kota Padang, angin puting beliung yang terjadi pada Selasa dini hari mengakibatkan puluhan atap rumah terlepas, pohon tumbang, dan kabel arus listrik putus.
Salah satu warga, Ulakarang, Kecamatan Padang Utara, Syaiful, mengungkapkan sempat mendengar suara gemuruh angin.
“Hujan beserta angin kencang sekitar 15 menit saja, namun mengakibatkan atap rumah warga berterbangan, pohon-pohon tumbang," ujar Syaiful.
Kepanikan masyarakat makin menjadi, kata Syaiful, setelah arus listrik mati setelah kabel terputus akibat pohon tumbang.
(LDS)
Empat Bencana Rawan Terjadi di Jepara
Rhobi Shani •
Kamis, 08 Feb 2018 19:32 WIB
Kepala Pelaksana BPBD Jepara Arwin Nor
Isdiyanto, Medcom.id - Rhobi Shani
Jepara: Potensi
bencana di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tinggi. Guna menanggulangi itu, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menguatkan jaringan relawan. Jumlan
relawan saat ini di Kota Ukir lebih dari 300 orang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara Arwin Nor Isdiyanto menyampaikan, potensi bencana yang terjadi di Bumi Kartini yaitu tanah longsor, banjir, angin kencang, dan gelombang tinggi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara Arwin Nor Isdiyanto menyampaikan, potensi bencana yang terjadi di Bumi Kartini yaitu tanah longsor, banjir, angin kencang, dan gelombang tinggi.
“Kerawanan itu sekarang sudah terbukti.
Banjir dan longsor terjadi di beberapa desa. Hujan beberapa jam saja terjadi
banjir bandang,” kata Arwin, Kamis 8 Februari 2018.
Selain mengandalkan relawan, Arwin melanjutkan, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta. Jika sewaktu-waktu terjadi bencana, masing-masing langsung bergerak.
“Misalnya suplai logistik kami sudah ada kerjasama dengan Dinsospermades dan Kantor Ketahanan Pangan Provinsi. Begitu terjadi bencana langsung bergerak,” kata Arwin.
Hujan terjadi di Jepara dalam tiga hari terakhir. Banjir pun melanda Desa Sumber Rejo, Bondo, Batukali, Kuanyar, Karanganyar, Welahan, Paren, Dorang, dan Mayong. Sedangkan tanah longsor terjadi di Desa Damarwulan, Watuaji, Bategede, Serni, dan Pancur.
Selain mengandalkan relawan, Arwin melanjutkan, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta. Jika sewaktu-waktu terjadi bencana, masing-masing langsung bergerak.
“Misalnya suplai logistik kami sudah ada kerjasama dengan Dinsospermades dan Kantor Ketahanan Pangan Provinsi. Begitu terjadi bencana langsung bergerak,” kata Arwin.
Hujan terjadi di Jepara dalam tiga hari terakhir. Banjir pun melanda Desa Sumber Rejo, Bondo, Batukali, Kuanyar, Karanganyar, Welahan, Paren, Dorang, dan Mayong. Sedangkan tanah longsor terjadi di Desa Damarwulan, Watuaji, Bategede, Serni, dan Pancur.
Longsor di Sibolga, Seorang Ibu beserta
Anaknya Tewas
Farida Noris •
Selasa, 27 Mar 2018 10:34 WIB
Ilustrasi longsor, Medcom.id - M Rizal
Sibolga: Longsor dan
banjir terjadi di Sibolga, Sumatera Utara, Senin, 26 Maret 2018. Tiga orang
tewas dalam kejadian tersebut.
Ketua BPBD Sibolga Juang Daulay mengatakan bencana terjadi usai hujan deras. Longsor merusak tiga rumah di Kelurahan Aek Manis, Kecamatan Sibolga Selatan. Seorang ibu hamil bersama anaknya meninggal tertimbun material longsor.
Ketua BPBD Sibolga Juang Daulay mengatakan bencana terjadi usai hujan deras. Longsor merusak tiga rumah di Kelurahan Aek Manis, Kecamatan Sibolga Selatan. Seorang ibu hamil bersama anaknya meninggal tertimbun material longsor.
"Korban longsor ibu hamil bernama
Linda. Anak yang digendongnya juga meninggal. Sudah disemayamkan di rumah
keluarganya," kata Juang Daulay, Selasa, 27 Maret 2018.
Hujan deras terjadi hingga tengah malam. Ratusan rumah di Kelurahan Aek Muara Pinang, Kecamatan Sibolga Selatan, banjir.
"Ada anak yang lepas dari orang tuanya terbawa arus. Sekitar pukul 21.30 wib ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa," jelas Juang Daulay.
Sementara itu, ratusan warga mengungsi. Sebab hingga berita ini dimuat, banjir masih mencapai ketinggian kurang lebih semeter. "Saat ini banjir masih tinggi, apalagi Sungai Saruli meluap," ucapnya.
(RRN)
Hujan deras terjadi hingga tengah malam. Ratusan rumah di Kelurahan Aek Muara Pinang, Kecamatan Sibolga Selatan, banjir.
"Ada anak yang lepas dari orang tuanya terbawa arus. Sekitar pukul 21.30 wib ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa," jelas Juang Daulay.
Sementara itu, ratusan warga mengungsi. Sebab hingga berita ini dimuat, banjir masih mencapai ketinggian kurang lebih semeter. "Saat ini banjir masih tinggi, apalagi Sungai Saruli meluap," ucapnya.
(RRN)
Iklim Ekstrim di Peralihan Musim, Komisi VIII Minta BPBD
Cepat Merespon Bencana di Daerah
03 Apr 2018, 11:38 WIB
Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong meminta Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) cepat merespon terjadinya bencana di daerah-daerah.
Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong meminta Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) cepat merespon terjadinya bencana di daerah-daerah,
terutama aspek sosial yakni sandang, pangan dan kesehatan supaya cepat tersedia
di lokasi bencana.
Demikian ditegaskan Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong di sela-sela
Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan beberapa Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (02/4/2018). Hadir dalam acara
ini sepuluh Kepala BPBD diantaranya dari Sumut, Sumsel, DKI Jakarta, Jateng,
Jatim, NTB dan Papua.
Ali Taher mengatakan, Komisi VIII sengaja mengundang Kepala BPBD sebab
dalam peralihan iklim selama ini banyak terjadi banjir, longsor dan gempa
bumi yang belum teratasi.
“Karena itu Komisi VIII DPR perlu mengundang langsung aparat
penanggulangan bencana daerah untuk mencari solusi terbaik sekaligus
penanganannnya,” jelasnya.
Dari data yang disajikan, lanjut politisi PAN ini, dalam mengantisipasi
bencana gempa kita belum mempunyai standar maksimal, misalnya tidak mempunyai
alat deteksi dini secara maksimal sehingga terjadi gelombang kemudian berdampak
pada tsunami. Kemudian bencana gempa bumi sebetulnya ada tanda-tanda awal
sehingga bisa melakukan pencegahan. Alat-alat seperti ini kita belum
memilikinya.
“Mudah-mudahan dengan pertemuan ini bisa mengadakan alat-alat tersebut dan
dalam implementasinya bisa diupayakan tepat waktu tidak terkendala birokrasi
yang panjang,” tambahnya.
Lebih lanjut Ali Taher menyebutkan, beberapa bencana di daerah tidak ada
ketersediaan logisltik di lapangan, misalnya banjir di Sumsel sampai sekarang
belum ada bantuan maskismal. Karena itu perlu ada kepekaan dari daerah, BNPB di
pusat dan DPR khususnya dukungan Komisi VIII untuk mensuplai kebutuhan di
daerah.
Daerah seperti di Sumbar, NTB dan Sumut masih bermasalah, oleh
karena itu Komisi VIII menekankan agar tingkat responsbilitas dan
sensititifitas BPBD terhadap kedaruratan menjadi penting disamping rehab dan
rekon. Sedangkan bentuknya dengan mengintervensi program lewat Dana Alokasi
Khusus (DAK) supaya bisa cepat selesai.
Selain itu juga kata Ali Taher, di beberapa tempat dibangun Gudang
Logistik seperti di Sumsel, Sumut, Maluku bahkan ditargetkan ada 8 tempat
Gudang logistik di seluruh Indonesia. Begitu terjadi bencana maka akan cepat
didistribusikan ke daerah yang terkena bencana, bisa cepat sampai ke lokasi.
Apalagi lanjutnya, dana operasional kegiatan BNPB tersedia Rp 1,1
triliun dan dana siap pakai (DSP) lebih Rp 4 triliun. Dana ini sebenarnya jauh
lebih dari cukup, hanya jenis barang dan jasa memerlukan proses untuk
mendistribusikan kepada para korban di lapangan.
Ngeri-Ngeri Sedap Warga Tulungagung Tinggal di Rumah Rawan Ambles
25 Feb 2018, 19:00 WIB
Tanah ambles mengancam rumah warga di RT 4 RW 2 Desa Tugu, Tulungagung,
Jawa Timur (Liputan6.com/Zainul Arifin)
Liputan6.com, Tulungagung - Sebanyak delapan rumah warga di RT 4 RW 2 Desa Tugu, Kecamatan
Sendang, Tulungagung, Jawa Timur, terancam ambruk lantaran dinding dan lantai
rumah retak. Penyebabnya, rumah terdampak bencana tanah ambles sedalam antara 20 centimeter – 1 meter.
Seorang warga, Slamet Setiawan mengatakan bencana tanah ambles kali terjadi sejak 2015 silam yang saat itu belum
berdampak langsung pada rumah warga.
"Sejak tahun itu saat musim hujan tanah pasti ambles. Tahun ini
termasuk yang paling parah karena sampai ada rumah yang retak," kata
Slamet di Tulungagung, Sabtu (24/2/2018).
Menurutnya, keretakan rumah warga dampak bencana tanah ambles itu terjadi
awal Februari ini. Dapur rumah adik Slamet pun turut ambles sebagian. Warga
sudah menguruk lokasi yang ambles menggunakan karung berisi tanah untuk
memperlambat kerusakan rumah.
"Tapi sepertinya tak berpengaruh, karena sudah berkali-kali diuruk
tanah tetap saja ambles," ujar Slamet.
Mayoritas warga yang bermukim di lokasi rawan tersebut adalah wanita paruh
baya yang tinggal sendiri di rumah. Warga selalu resah jika hujan lebat
mengguyur terutama saat malam hari. Banyak yang memilih mengungsi sementara ke
rumah kerabat yang lebih aman.
Berharap Direlokasi
Tanah ambles menyedot sumur warga di Gunungkidul. (Liputan6.com/Yanuar H)
Suprih, nenek berusia 67 tahun memilih mengungsi jika hujan mengguyur
lantaran takut tanah amblesmembuat rumahnya roboh. Apalagi dinding dan lantai
rumahnya pun retak.
"Bekas kandang di halaman sudah roboh karena tanahnya ambles. Saya
berharap pemerintah segera menangani masalah ini," kata Suprih.
Warga sudah melaporkan bencana ini ke pemerintah daerah melalui pemerintah
desa setempat. Namun, sejak musibah terjadi kali pertama tiga tahun silam
hingga saat ini belum ada langkah kongkret untuk mengatasi persoalan itu. Warga
sendiri direlokasi ke lokasi yang lebih aman.
"Kalau memang mau dipindah ya mau, tapi lokasinya yang dekat sini
saja,"
Di bawah permukiman warga itu sendiri terdapat aliran sungai. Diduga, itu
menjadi penyebab terjadinya tanah ambles. Air yang mengalir deras usai hujan
deras mengguyur menggerus tebing sungai dan menyebabkan tanah di sekitarnya
bergerak.
Banjir di Bandung mulai surut, lumpur menumpuk
Banjir besar yang melumpuhkan kota Bandung menyisakan tumpukan lumpur di
seantero kota, ribuan rumah harus dibersihkan dalam kejadian yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya.
"Sekarang sudah mulai normal keadaannya, kendaraan sudah bisa lagi
melintas di daerah yang kemarin paling parah banjirnya seperti Pasteur dan
Pagarsih. Tapi lumpur memang masih menumpuk sampai 10-15 meter di beberapa
titik," kata Haryadi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD)
Jawa Barat kepada Ging Ginanjar dari BBC Indonesia.
Hujan deras dan lama yang turun sepanjang hari Senin (24/10),
mengakibatkan banjir besar yang tak pernah terjadi sebelumnya.
"Ini akibat meluapnya sungai Citepus, dan bobolnya irigasi Citepus.
Meluapnya sungai juga disebabkan oleh dangkalnya sungai dan banyaknya sampah
yang menyumbat aliran sungai. Sementara drainase perkotaan tidak mampu
menampung aliran permukaan dari hujan yang lebat menyebabkan banjir
parah," kata Haryadi pula.
Ia menambahkan, ketinggian banjir bervariasi antara 50 hingga 200cm.
"Seorang warga meninggal dunia. Menurut informasiyang kami terima, ia
terpeleset saat hendak menolong seseorang yang terperangkap banjir. Ia terbawa
arus, namun jenazahnya sudah ditemukan, dan sudah pula diserahkan kepada pihak
keluarganya," tambah Haryadi. Korban sudah diketemukan di depan SMPN 15
Bandung dan sudah diserahkan ke pihak keluarga.
Haryadi menyebutkan pula, sebuah mobil dan sebuah sepeda motor yang
terseret arus sudah pula ditemukan.
Ratusan relawan tampak di berbagai penjuru, membantu para petugas dari
berbagai instansi yang melakukan pembersihan kota khususnya dari lumpur.
Ini merupakan banjir besar yang keempat yang melanda Jawa Barat tahun ini,
setelah Kabupaten Bandung yang merupakan kawasan rutin terdampak banjir,
Subang, dan Garut.
Banjir dan longsor di Sangihe, empat orang tertimbun
Empat orang tertimbun dan sedikitnya 40
rumah rusak akibat banjir dan tanah longsor yang melanda empat kecamatan di
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, Selasa (21/06) pagi.
Badan nasional penanggulangan bencana,
BNPB, mengatakan banjir dan tanah longsor itu terjadi akibat hujan deras,
gelombang pasang dan struktur tanah yang labil di daerah perbukitan.
"Empat orang tertimbun material
longsor," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB, dalam siaran persnya yang diterima BBC Indonesia, Selasa (21/06).
Selain itu, sedikitnya 40 unit rumah
mengalami kerusakan akibat banjir dan longsor yang terjadi sekitar pukul 05.30
Waktu Indonesia Tengah (WITA), kata BNPB.
Delapan wilayah kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Sangihe yang diketahui terdampak adalah Kecamatan Tahuna Barat,
Tahuna, Manganito, Tatowareng, Manganito Selatan, Kendahe, Tabukan Utara, serta
Kecamatan Tamako.
Otoritas terkait di Sangihe yaitu BPBD,
TNI, Polisi, tim SAR, dan relawan serta masyarakat masih terus melakukan
pendataan terkait berapa korban luka-luka. Sebuah posko tanggap darurat sudah
didirikan di setiap kecamatan yang terdampak.
Tetapi sekitar 200 orang warga di
Kecamatan Tahuna Barat dilaporkan terisolisasi akibat tanah longsor.
No comments:
Post a Comment